Rabu, 15 Juli 2015

BUKANKAH TUHAN TIDAK PERNAH TIDUR ???




              Sering dari kita menganggap bahwa Tuhan tak peduli dengan diri kita. Apalagi ketika kita meminta sesuatu, misalnya : kita meminta kepada Tuhan agar seseorang yang kita cintai menjadi kekasih kita. Namun, seseorang tersebut tak kunjung jua menjadi kekasih kita. Pada saat itu lah kita merasa bahwa Tuhan tidak mendengarkan doa kita tersebut, padahal kita selalu mengucapkannya di setiap amin dan semoga.
Kita akan bertanya, 'Kenapa Tuhan tidak menjawab doaku?'
Kalau diteliti lebih lanjut, sebenarnya bukanlah karena Tuhan tidak peduli atau tidak mendengarkan doa kita. Karena sesungguhnya Dia telah menjawab doa tersebut.
Coba sesekali merenung. Ingat tentang suatu ketika di mana kita meminta sesuatu kepada orang tua kita, ada dua jawaban yang mungkin akan kita terima yaitu, "YA atau "TIDAK".
Dari pernyataan sebelumnya kita dapat menarik suatu kesimpulan, yaitu : : "Jawaban enggak selalu "IYA", terkadang "TIDAK" juga jawaban atas setiap hal yang kita minta"
Yang sebenarnya terjadi ialah : Tuhan telah menjawab doa kita saat kita mengucapkannya. Setiap doa akan selalu terjawab oleh Tuhan. salah satu jawabannya adalah "TIDAK".

Kenapa jawabannya harus "TIDAK"?
Ada berbagai macam jawaban yang bisa dikemukakan, tapi saya hanya akan memberi beberapa jawaban.
Kamu beragama? Apapun Agama yang kamu anut, pasti agamamu meyakini bahwa Tuhan Maha Sempurna (Maha Tahu, dll)
Tuhan lebih tahu tentang apa yang kita butuhkan, lebih dari apa yang kita tahu tentang apa yang kita butuhkan.
Pernah tidak kamu sadari bahwa kamu lebih membutuhkan napas untuk hidup ketimbang butuh seorang wanita yang kamu sebut di dalam doamu tersebut untuk tetap hidup?
Tuhan memberimu napas, hingga detik ini, hingga berkali-kali kamu membaca tulisan ini, Dia memberimu napas yang tak kamu syukuri dan kamu sadari bahwa itu jauh lebih penting dari wanita tersebut.
Dia Maha Tahu, Dia tahu bahwa kamu membutuhkan napas untuk tetap hidup. Napas yang tak pernah kamu syukuri akan keberadaannya pada dirimu.
Dan mungkin, mungkin saja Dia menjawab "TIDAK" karena Dia tidak mau kamu kecewa di kemudian hari, kamu patah hati, dll. Percayalah, Dia lebih tahu siapa yang pantas dan berhak menjadi pasanganmu.
Dan bahkan tanpa sadar, terkadang kita juga memaksa Tuhan untuk mengikuti semua keinginan kita. Padahal, keinginan Tuhan selalu lebih baik daripada keinginan kita, sebab Tuhan Maha Bijaksana.
Kalo semua yang kita inginkan selalu terwujudkan, percayalah, semesta ini takkan berjalan dengan semestinya, kawan. Bayangkan jika setiap keingin harus dipenuhi. Misalnya : Kamu meminta agar agar hari ini hujan, sementara tetangga kita meminta agar hari ini panas. Apakah tidak aneh jika di suatu tempat yang sama bahkan dengan jarak yang sangat dekat terjadi hal yang aneh yaitu hujan dan panas secara bersamaan? Tentu aneh bukan?
Percayalah, keinginan selalu lebih baik ketimbang keinginan kita. Dan Dia lebih tahu apa yang kita butuhkan, lebih dari apa yang kita tahu apa yang kita butuhkan.

Jadi, jika nanti kau berpikir bahwa Tuhan mengabaikanmu. Tanya saja pada diri sendiri, "Bukankah Tuhan tak pernah tidur?"

Senin, 29 Desember 2014

TUHAN, JANGAN AMBIL AYAHKU

TUHAN, JANGAN AMBIL AYAHKU

****

Mataku terlalu berat untuk dibuka.
Nafasku mulai tersengal-sengal.
Tubuhku tak bisa bergerak.
Di sekelilingku ada beberapa orang dengan suara yang sangat berisik.
Suara-suara itu tidak jelas, menggaung, berteriak.
Mereka semua berpakaian serba putih, kabur, nanar.
Perlahan aku mencoba fokus, mencoba mendengar dan melihat lebih baik.
Apakah aku sedang berada di surga?

“Yang pria tua tidak tertolong Dok!” kata suara seorang perempuan.
"Pakai alat kejut! 1..2..3” kata suara seorang lelaki.
Terdengar suara keras setelah lelaki berbaju putih itu meletakan sebuah alat didada ayahku. Tak ada reaksi, ayahku masih terbujur kaku di sebelahku.
"Masih tidak bernafas! Coba lagi. 1..2..3” Mereka memakai alat itu lagi, tapi sia-sia.
Aku baru ingat semuanya.
Ya, perlahan aku ingat semuanya. Dan ini bukan surga, ini...ambulan.

****
"Doni, kamu harus rajin belajar biar dapat juara 1 seperti kakak mu", ucap seorang pria bertubuh tinggi berisi, dengan rambut ikal dan kumis yang menghiasi bagian atas bibirnya.
"Iya pa, nanti doni belajar", aku yang dari tadi sedang asyik memainkan play station yang baru dibelikan ayahku beberapa hari yang lalu.
"Kamu sudah makan nak?", ucap ayahku.
"Sudah pa", jawabku sembari menunjuk perutku yang membuncit karena kekenyangan.
Itu adalah salah satu dari sejuta perhatian yang selalu diberikan oleh ayahku setiap harinya.
Saat itu umurku lima tahun setengah, dan ayahku berumur 40 tahunan .
Ayahku selalu mengabulkan keinginanku . Jika dikumpulkan semua mainan ku, mungkin sudah bisa dibentuk menjadi sebuah bangunan kecil .
Perhatiannya tak pernah hilang.
Entahlah, aku tidak bisa menghitung seberapa banyak kebaikan yang dia beri untukku.
Namun aku selalu bersikap acuh tak acuh terhadap semua itu. Dan di situlah semuanya berawal .

*****

"Doni. Kamu kenapa suka sekali berkelahi. Ini sudah kelima kalinya dalam setahun ini kami dipanggil untuk menghadap kepala sekolah !" ucap ayahku dengan nada tinggi.
"Lagian dia sih yang cari gara-gara duluan" jawabku membela diri.
"Siapa sih yang mengajari kamu berkelahi? Papa malu nak. Tolong lah nak, jangan berkelahi lagi.", ucapnya dengan tatapan nanar.
"Ah sudah lah pa, enggak usah dibahas. Lagian enggak penting.", ucapku singkat sembari menutup pintu kamarku, sambil meninggalkan ayahku yang masih berdiri di depan pintu kamarku dengan perasaan sedih bercampur kesal melihat tingkah buruk yang sering diperbuat olehku.
Ini bukan kali pertama aku berbuat seperti itu. Entah apa yang aku pikirkan, yang pasti aku selalu membuat malu ayahku dan membuat dirinya sedih.

*****

Ayahku berusaha sekuat tenaga menahan amarahnya yang sudah bergejolak ketika mendengar kabar bahwa aku ketahuan merokok di sekolah.
"Kamu merokok nak?", tanya ayahku yang duduk di ruang keluarga, tepat di sebelahku.
Aku mengangguk dengan menahan rasa penyesalan yang teramat sangat atas perbuatan bodoh ku .
Kini bibirku sudah mulai agak menghitam, tidak lagi merah seperti dulu, karena nikotin yang aku konsumsi setiap harinya.
"Sejak kapan kamu mulai merokok nak?" ayahku benar-benar sudah tidak bisa lagi tersenyum.
"Sejak tiga bulan yang lalu pa", jawabku sambil kedua tangan ini menggenggam dengan erat, berharap semoga dia tidak memarahiku.
"Dulu papa juga bandel seperti kamu nak.", Ayahku tertawa. Ya dengan tawa yang terlalu dipaksakan.
Aku menunduk, memcengkram kuat celanaku sendiri.
"Doni minta maaf pa, doni sangat menyesal ." suaraku semakin pelan.
"Nak, papa hanya tidak ingin kamu menjadi seperti papa. Papa ingin kamu menjadi lebih baik dari papa. Papa ingin kamu menjadi seseorang yang suatu saat nanti berkata, 'Inilah aku' bukan 'Inilah ayahku'." ucap ayahku.
Kata-kata itu selalu terbesit di benakku.
Benar memang, ayahku juga seorang perokok yang sudah mulai merokok sejak dia masih seumuranku dan sampai saat ini dia tidak pernah bisa berhenti walau penyakitnya semakin lama semakin hebat .
Candu itu sewaktu-waktu bisa membunuhnya .
Setelah mengobrol kurang lebih dua jam di ruang tamu, kami memutuskan untuk tidur .
Malam ini terasa menyenangkan. Tentu saja, ayahku sudah bercerita banyak hal tentang masa mudanya. Mulai dari rokok, hingga tentang asmara dan berbagai hal lainnya.
Sejak malam itu pula, aku mulai untuk berhenti mengkonsumsi rokok, walau awalnya berat namun akhirnya aku bisa untuk terbiasa hidup tanpa rokok.

*****

Hati ayahku kembali terluka oleh ulahku.
Dia kembali bersedih atas kenakalanku.
Aku memang sudah tidak lagi merokok, tetapi kini aku mulai mabuk-mabukan.
Beberapa tahun awal ketika aku mulai mengkonsumsi barang haram itu, semuanya terlihat biasa-biasa saja. Tidak ada yang mencurigakan.
Hingga beberapa tahun kemudian aku mulai tidak bisa lepas dari barang haram itu. Aku mulai mencuri uang ayahku demi membeli sebotol minuman haram untuk memenuhi hasratku dan itu terus berlanjut.
Hingga suatu ketika ayahku mendengar kabar dari salah seorang temannya bahwa temannya itu melihat aku mabuk-mabukan di pinggiran jalan bersama anak-anak muda seumuranku.
Hal itu benar-benar membuatnya kecewa besar, karena seumur hidup dia memang tidak pernah mengkonsumsi barang haram itu.
Malam itu dia memarahiku, membentakku, dan bagiku sudah sepantasnya aku mendapatkannya.
Malam pun terasa sangat panjang, dengan sejuta rasa penyesalan .
Sejak saat itu, aku dilarang keluar rumah. Akupun mengikuti home school .
Keseharianku aku lewati di rumah. Aku tidak diizinkan walau hanya satu langkahpun untuk melewati pintu depan rumahku.
Itulah hukumanku, mau tidak mau aku harus menerimanya.

*****

Malam itu adalah ulang tahunku yang ke sembilan belas tahun.
Ayahku mengajakku keluar untuk merayakannya berdua. Ya, hanya berdua. Karena kakak-kakak sedang sibuk dengan urusan bisnis mereka masing-masing.
Dia mulai memanasi mobil tuanya sore itu .
Aku mandi dan bersiap-siap untuk menikmati malam ini. Malam pertama untuk satu tahun setengah aku tidak pernah menginjakkan kaki ku di luar rumah.
Kami mulai berjalan dengan mobil tua ini, menuju ke keramaian kota, pergi menonton bioskop dan menikmati sate di pinggir jalan.
"Gimana Don rasanya berada di tengah-tengah keramaian kota setelah kurang lebih satu tahun setengah bersembunyi di rumah?", tanya ayahku sambil tertawa kecil.
"Rasanya asing pa. Rasanya aku kembali menjadi anak kecil yang baru melihat dunia" jawabku sambil tersenyum.
"Don, papa mau mengajakmu ke suatu tempat, keren deh pokoknya. Mau enggak?", tanya ayahku.
"Boleh pa. Emang mau kemana?", tanyaku balik.
"Yah kamu. Udah ikut aja, nanti kamu juga tahu", jawabnya sambil tersenyum.
Di dalam mobil itu ayahku memutar lagu kesukaan kami berdua, kami bernyanyi bersama.
Malam itu terasa sangat menyenangkan.
Sebuah truk yang tidak mematuhi lampu merah menabrak kami dari perempatan. Semua menjadi gelap.

*****

Mataku terlalu berat untuk dibuka.
Nafasku mulai tersengal-sengal.
Tubuhku tak bisa bergerak.
Di sekelilingku ada beberapa orang dengan suara yang sangat berisik.
Suara-suara itu tidak jelas, menggaung, berteriak.
Mereka semua berpakaian serba putih, kabur, nanar.
Perlahan aku mencoba fokus, mencoba mendengar dan melihat lebih baik.
Apakah aku sedang berada di surga?

“Yang pria tua tidak tertolong Dok!” kata suara seorang perempuan.
"Pakai alat kejut! 1..2..3” kata suara seorang lelaki.
Terdengar suara keras setelah lelaki berbaju putih itu meletakan sebuah alat didada ayahku. Tak ada reaksi, ayahku masih terbujur kaku di sebelahku.
"Masih tidak bernafas! Coba lagi. 1..2..3” Mereka memakai alat itu lagi, tapi sia-sia.
Aku baru ingat semuanya.
Ya, perlahan aku ingat semuanya. Dan ini bukan surga, ini...ambulan.

Tubuhku terasa sakit semua hingga sulit bergerak. Aku menengok ke arah Ayahku yang terbaring di sebelahku, ia benar-benar terpejam. Aku panggil namanya, ia tidak menyahut. Air mataku tidak terasa menetes, aku menggenggam tangan Ayahku.
Aku belum membuat permohonan apapun di hari ulang tahunku ini. Jika boleh aku meminta, tolong jangan dulu panggil Ayahku ke sisi-Mu.Tidak ada respon. Ayahku masih tak membuka matanya. Dokter dalam ambulan sudah menyerah.
“Suster, tolong catat tanggal kematian lelaki tua ini, lalu cek identitasnya,” Dokter itu berucap.

Jika harus kau panggil salah satu dari kami, panggil saja aku. Tapi tolong selamatkan lelaki yang aku sayangi ini.Tanganku semakin kuat menggenggam tangan Ayahku .
Detak jantungku melemah.
Ayahku tersedak, terbatuk, dia bangun. Ayahku yang perlahan sadar langsung melihat ke arahku dan mengguncang-guncang tubuhku.“Doni, bangun Nak!” Aku tersenyum, detak jantungku berhenti selamanya.

Dearest Ayah, Butuh sepersekian detik untuk mencintaimu, namun butuh beberapa tahun untuk menunjukkannya.
Terlalu tinggikah harapanku jika ingin membahagiakanmu meski kebahagiaan tersebut bukan semata untuk membuatmu tersenyum melainkan untuk membuat harimu terasa sangat bahagia?
Apa kau masih ingat ayah ketika hari itu kita mengobrol dan menghabiskan dua setengah jam dengan membahas berbagai hal yang pernah kau lakukan dimasa mudamu?
Kita memang berpisah ayah, tapi semua tentangku terbawa bersamamu.
Aku telah melewati tahunan bersamamu, dan mampu melewati banyak tahun lagi bersamamu.
Jika kata ‘sayang’ tidak berlebihan untuk memaparkan apa yang aku rasakan, maka izinkan aku mengucap ‘aku menyayangimu ayah'. Tanpa batas waktu.
Milikmu, Doni

Minggu, 30 November 2014

Aku kembali

Ku coba untuk melawan hati.
Berusaha keras melepaskan rasa yang telah terpatri..

Menguatkan diri untuk berani menatapmu yang sedih di sana .
Menahan pedihnya luka ketika mendengar jerit tangismu.
Semuanya menyakitkan ..

Aku mulai bertanya, apakah harus tetap begini ?
Menahan sejuta perih, berjalan dengan tubuh yang hampir goyah..

Tersentak aku seketika .
Mengingat kembali jutaan kenangan indah dan seluruh euforia yang telah kita lewati ..

Lantas aku bertanya pada hati, 'Mengapa aku harus melakukannya? Mengapa aku tak kembali saja dan berhenti melawan kata hati?'
Seketika aku tersadar, "apa yang telah aku lakukan? Berjalan layaknya seorang sehat walau tapak kaki dipenuhi nanah..'

Aku harus kembali.
Kembali kepadanya yang tak menginginkan aku pergi .
Benar, itu adalah sebuah jawaban pasti !
Aku tak punya alasan untuk memungkiri bahwa hanya di wajah mu lah ku temukan senja, hanya di matamu ku temukan konstalasi bintang, hanya di wangimu lah ku temukan rumah .
Aku harus kembali !
Aku harus pulang, karena engkau adalah rumah untukku .
Aku akan datang kembali menemuimu kasih !
Aku kembali !
Kita akan kembali ciptakan sejuta cerita indah !
Tunggu kedatanganku..
Sambut aku dengan kehangatan ..
Aku yang mencintaimu (Sayyid Shalahuddin)

Sabtu, 15 November 2014

Aku akan tetap berjuang

Mereka bilang, "Kalian tak pantas bersama "
Aku bilang, "Jika begitu, biarkan aku memantaskannya hingga kami bisa menikmati kebersamaan yang bagi kalian itu tak mungkin"

Mereka bilang, "Perjuangan Kalian Akan Sia - Sia"
Aku bilang, "Tuhan tak pernah menciptakan sesuatu apapun dengan kesia-siaan, dan aku yakin setiap hal yang aku perjuangkan pasti bermanfaat untuk hidupku walau tak selalu berakhir indah"

Mereka bilang, "Impian kalian akan binasa dan percuma"
Aku bilang, "Setiap orang berhak bermimpi, bermimpi untuk mewujudkan.
Tak ada yang percuma, setiap cerita punya pelajaran tersendiri.
Tak masalah jika impian ini akan binasa, karena aku akan bangun di satu pagi dan berkata 'setidaknya aku sudah pernah berjuang mewujudkan impian ini"

Mereka bilang, "Sudahlah lepaskan saja, sebelum terlambat"
Aku bilang, "Cinta tak pernah mengajarkan untuk melepas, melainkan merelakan. Tak ada kata terlambat. Aku akan tetap berjuang, berjuang untuk sebuah kebahagiaan yang kelak akan ku nikmati"

Mereka bilang, "Kalian tak akan pernah mengecap manisnya kebahagiaan walau hanya setitik pun"
Aku bilang, "Aku yakin dan percaya, yang menentukan apa yang akan terjadi pada ku esok adalah doa, ikhtiar dan Tuhan ku, bukan kalian yang hanya bisa membuat ku lemah dan menyerah .
Aku akan tetap berjuang dan berdoa.
Jika berhasil, akan jadi kenangan indah untukku dan dirinya. Namun, jika tidak, aku akan terbangun pada satu pagi dan berkata, "Setidaknya aku sudah pernah berjuang dan aku yakin Tuhan tak pernah salah" ...

Jumat, 19 September 2014

Aku merindukan mu ayah



Aku masih ingat peristiwa hari itu.. peristiwa yang membuat ragaku seakan tak bernyawa, mulut ku bungkam, hanya tetesan air mata yang terus menerus mengalir deras dari sudut mataku.. peristiwa yang takkan pernah ku lupakan.. peristiwa yang terjadi sebelum azan subuh tiba, dikala ku terbangun dari tidurku, ku lihat sosok yang dulu selalu menjagaku kini terbaring lemas tak berdaya dengan alat bantu pernafasan.. tak lama sesosok wanita yang paling berharga dalam hidupku, datang menghampiriku dengan raut wajah yang tak menentu, antara sedih dan risau .. dia berkata "kamu tidur lagi aja ya sayang, bapakmu baik baik saja kok, dia hanya sedang sakit" aku pun menuruti perintahnya, sambil pikiranku terus bertanya "apa sebenarnya yang sedang terjadi?" tak lama, aku terbangun karena mendengar suara tangisan menggema diruang tidurku, aku semakin bertambah bingung, apa sebenarnya yang sedang terjadi??? lalu tak lama sosok wanita yang tadi menyuruh ku tidur memanggilku dan menyuruhku untuk turun dari atas ranjang tempat tidurku bersama kedua orang tuaku ... akupun turun.. dia langsung memelukku erat sambil menangis.. dari mulutnya mulai keluar suara yang membuat ku tak berdaya, dia berkata "isal, anakku sayaang.. bapak mu sudah meninggal nak" .. kata kata itu membuatku terdiam, lutut ku lemas, air mataku menetes perlahan .. ku peluk wanita itu sekuat mungkin diiringi dengan tangisan ku yang semakin memuncak, mengalahkan semua tangis yang ada diruangan itu ... kembali ku tatap sosok pria yang dulu selalu ada untukku, selalu mengabulkan segala permintaanku dan selalu menyayangiku, kini dia telah terbujur kaku .. sangat berat rasanya menerima kenyataan itu.. sakit, sedih, semuanya menjadi satu ... semuanya terasa hampa.. kesedihan yang takkan pernah terlupakan ... sampai detik ini, jika aku kembali mengingatnya, aku takkan pernah bisa untuk menahan air mataku ... semoga engkau bahagia di alam sana bapakku.. semoga disana engkau berkumpul dengan para kekasih Tuhan.. amin...

Rabu, 17 September 2014

Jujur Itu Indah

Malu mengakui latar belakang kehidupanmu yang sebenarnya, dan selalu berusaha menyembunyikan kebenarannya, itu menunjukkan bahwa kau seorang pengecut ..
Sudahlah teman, tak perlu malu mengakui kenyataan hidupmu..
Jika miskin, katakan miskin.. mereka yang benar benar menyayangimu, pasti akan tetap berdampingan bersamamu ..
Kasih sayang tak memandang siapa pun kau dulu dan seperti apa latar belakangmu..

Meskipun ada sebagian yang pergi, itu bukanlah alasan untuk mu bersedih.. karena Tuhan telah menyiapkan lebih banyak orang dan lebih banyak jiwa yang menerima kenyataan hidupmu dan yang bisa membuatmu bahagia ...

‪#‎honestly_better_than_lying‬ ..

Bukankah jujur itu indah teman ?

Majulah Melangkah Kedepan

Majulah melangkah kedepan..
Jangan pernah ragu..
Siapapun engkau, darimanapun kau berasal, dan bagaimanapun faktor latar belakangmu, bukanlah alasan untuk takut melangkah demi masa depanmu ...
Hitam ataupun putih warna kulitmu bukanlah faktor penentu kesuksesanmu ..
Berlarilah sejauh mungkin yang kau mau, raih lah apa yang bisa di raih ..
Tapi, 1 hal yang harus benar benar kau tanamkan dalam hati dan fikiranmu, hanya 1 kalimat yang cukup panjang, yaitu "kau tak lupa arah jalan pulang dan kau tak lupa siapa yang menciptakanmu, yang mengandung dan melahirkanmu, siapa yang menafkahimu, siapa yang sedarah denganmu, siapa yang tetap bersamamu dan dekat denganmu tanpa pernah peduli siapakah dirimu"
Percayalah, hidupmu akan lebih indah jika kau genggam erat kalimat tersebut ..
Selamat melangkah teman, kesuksesan sedang menantimu ..
Semoga Tuhan selalu menyertai langkahmu